Saya bertanya kepada seorang editor dalam diskusi online sambil bekerja siang ini, “Seberapa jauh kita boleh menolerir kesalahan penerjemahan?”
Dengan tegas, beliau menjawab, “Kalau salahnya fatal, tidak bisa ditolerir, dong. Nanti pembaca mendapat informasi yang keliru.”
Editor lain yang saya mintai pendapat membagi kesalahan menjadi dua kategori:
1. Kurang luwes
2. Benar-benar ‘salah’
Kurang luwes adalah fenomena lazim, yang akan luntur seiring pengalaman. Tetapi yang benar-benar salah, terlepas dari kadang penerjemah lelah, jemu, atau mengantuk, perlu disoroti benar. Apalagi jika yang keliru ditafsirkan itu relatif sederhana, dan jumlahnya sangat banyak. Katakanlah, hampir semua alinea mengandung coretan merah (ala Track Changes).
Berikut ini beberapa contoh:
1. Instead, I would return from school
Menurut konteks kalimat sebelumnya, si aku biasanya tidak langsung pulang dari sekolah alias main dulu.
Terjemahan
Malahan, saat sepulang dari sekolah
Ini sudah jauh berbelok, tidak membahas kekontrasan kebiasaan pulang langsung dan tidak main dulu tadi.
Yang benar
Sebaliknya, aku langsung pulang sekolah
2. sit in the doorway of the kitchen
Tanpa menilik konteks sekalipun, sudah jelas terlihat bahwa maknanya adalah “duduk di ambang pintu dapur.” Sungguh keliru jika diterjemahkan
Aku bisa duduk di pintu dapur
3. come back from wherever they had been.
Diterjemahkan:
kembali dari tempat kerja di mana pun.
Sebelumnya, sesudahnya, tidak menyebut-nyebut tempat kerja. Jadi cukup diterjemahkan sbb:
kembali entah dari mana.
4. I asked, settling back on to the kitchen step.
Diterjemahkan:
tanyaku, kembali pada topik dapur hari itu.
Yang benar:
tanyaku, kembali duduk di tangga dapur.
omong-omong contoh yang salah dapet dari mana, Teh
ngarang sendiri kah =___=
eh iya, ternyata udah bisa di-like +__+
Ada, deeeh:D
jangan2 terjemahanku yaaa? *parno* ;D
Kalau Momo masih dapat tawaran terjemahan, berarti hasil kerjanya baik-baik saja:)
Duh, inilah yg plg bikin aku jantungan.. Plg ngeri kalo salah nerjemahin, paling ngga malu ama editor-nya duluan hehehe
Kayaknya semua pernah mengalami, Mbak Aline. Ada kasus-kasus yang lebih “parah” daripada “sekadar” salah menerjemahkan. Menurutku, kalau ke depannya kita bisa memperbaiki, editor tetap akan memercayai kita:)